Majalengka Connection : Kisah Tiga Keluarga Taipan (2)

Tahun 1962 bisnis Astra berkembang. Mereka terpilih menjadi salah satu pemasok bahan baku untuk proyek PLTA Waduk Jatiluhur. Di proyek tersebut, mereka menjadi pemasok bahan bangunan, pipa, karet, dan baja. Sepanjang 1962 hingga proyek selesai tahun 1964, Astra menjadi salah satu pemasok utama. Kian Liong juga memperluas pergaulan di kalangan pembesar ibukota, antara lain keluarga Raden Mas Margono Djoyohadikusumo, pendiri Bank Negara Indonesia. Bahkan ketika putra Margono, Soemitro Djoyohadikusumo, menjadi eksil pasca terlibat PRRI dan keluarga Sugondo dijauhi banyak orang, Kian Liong konon tidak pernah menjauh. Namun tak lama, timbul huru-hara politik 1965. Secara perlahan, kekuasaan Presiden Sukarno makin mengecil, sampai pada 1969, Soeharto secara de facto tampil menjadi penguasa. Program asimilasi paksa yang digagas Soeharto, membuat Tjia Kian Liong mengganti nama lahirnya menjadi William Soeryadjaya dan Tjia Kian Joe berganti nama menjadi Benjamin Soeryadjaya.

Dengan nama baru dan kantor baru di Jalan Juanda III, Jakarta, kiprah Astra makin cemerlang. Menekuni bisnis “palugada” sejak awal, Astra kemudian masuk dan fokus di bisnis yang kelak akan membesarkan nama mereka; bisnis otomotif. Di awal Orde Baru, Astra menjadi importir 800 buah truk Chevrolet dari General Motors, Amerika Serikat. Namun ketentuan saat itu membuat truk hanya bisa masuk dalam bentuk semi knock down dan harus dirakit di Indonesia. William kemudian mencari mitra yang memiliki pabrik perakitan mobil. Di Indonesia calon mitra yang paling menjanjikan adalah pemerintah, yang menguasai bekas pabrik rekanan General Motors pada masa Belanda, NV General Motors Java Handel Maatschappij. William kemudian mendekati pemerintah, dan lewat kemampuan negosiasi yang lihai, menjadi mitra pemerintah dalam membentuk PT. Gaya Motor. Namun pasca truk Chevrolet, William harus kembali memutar otak untuk mencari mitra dagang merk otomotif asing untuk dirakit dan dijual oleh PT. Gaya Motor.

Berkat bantuan Soemitro dan lobi Soedjono Hoemardani, Astra kemudian mendapat kesempatan untuk menjadi perakit dan penjual tunggal kendaraan dari Toyota Motors Company. Deal Toyota menjadi awal sukses Astra setelah sebelumnya ditolak General Motors dan Nissan. Saat itu pemerintah memang membantu para pengusaha mendapatkan kemitraan dengan asing karena pemerintah baru ingin menstabilkan diri dengan cara memperbaiki kondisi ekonomi, yang porak-poranda di akhir Orde Lama. Tak lama setelah Toyota, Astra memperoleh kemitraan sebagai agen tunggal pemegang merk dengan sepeda motor Honda, mobil niaga Daihatsu, alat berat Komatsu, dan mesin fotokopi Xerox.

Setelah sukses, William mulai menggerakkan gurita bisnisnya. Pada 1970, Oei Tjoan Hoat, kakak iparnya, mendapat bagian menjadi distributor tunggal sepeda motor Honda di Jawa Barat lewat bendera PD. Matras, yang kemudian berganti nama menjadi PD. Daya. Tjoan Hoat, yang mengganti nama lahirnya menjadi Raphael Adi Rahmat, kemudian dua tahun kemudian juga mendapat jatah dari Astra lewat anak usaha PT. Federal Motor, untuk juga menjadi distributor suku cadang resmi sepeda motor Honda. Sebelum itu, putra Raphael, Oei Giok Eng, atau dikenal sebagai Theodore Permadi Rahmat, juga diterima bekerja di Astra sebagai tenaga pemasar sejak 1968.

PD Daya
Raphael Adi Rahmat

Koneksi Majalengka pula yang membuat Mochamad Teddy Thohir, seorang putra Gunung Sugih, Lampung, bergabung di Astra. Teddy merupakan seorang tenaga administrasi di perusahaan industri kimia Amerika Serikat, Union Carbide. Teddy yang terlahir yatim dari keluarga miskin, merangkak untuk menyelesaikan sekolah SMP nya. Ia kemudian merantau ke Solo untuk bekerja sembari menyelesaikan sekolah di SMEA. Saat kemudian pindah dan bekerja di Jakarta, Teddy bertemu dengan Edna, seorang perawat keturunan Cina asal Majalengka. Saat bekerja di Union Carbide, Edna yang dekat dengan keluarga Soeryadjaya dan Rahmat, ditawari lowongan untuk Teddy di Astra. Teddy kemudian bergabung dengan Astra setelah berhenti dari Union Carbide.

Dengan bantuan Theodore (Teddy) Rahmat dan Teddy Thohir, Astra kemudian berkembang menjadi sebuah konglomerasi raksasa. Selain bisnis otomotif, mesin fotokopi dan percetakan, serta suku cadang, Astra juga kemudian merambah ke banyak industri lain seperti perdagangan, keuangan, kontraktor infrastruktur, sampai agrobisnis. Kemampuan William dalam bergaul dengan orang-orang pemerintahan, kemampuan manajemen SDM, serta perencanaan bisnis yang matang, menjadi kekuatan utama Astra. Sumber daya manusia memang menjadi tonggak utama seluruh bisnis Astra di bawah William. Astra seperti tak pernah habis dalam memproduksi eksekutif-eksekutif handal, selain duo Teddy, ada juga nama-nama besar seperti Benny Subianto, Michael Dharmawan Ruslim, Budi Setiadharma, hingga mantan Menteri BUMN Rini Soemarno (dulu dikenal sebagai Rini Soewandi).

Teddy Thohir
Theodore Rahmat

Pengalaman besar yang didapat dari Astra, membuat Teddy Rahmat dan Teddy Thohir terbukti mampu membangun kerajaan bisnis mereka sendiri. Teddy Rahmat kemudian membesarkan PT. Daya Adira Mustika (kelanjutan dari PD. Daya) dan Adira Dinamika, sebuah bisnis pembiayaan dan asuransi kendaraan yang dirintis Raphael (Adira adalah singkatan dari nama Adi Rahmat) sembari merintis kerajaan bisnis dalam bendera Triputra Group. Kepemilikan mayoritas Adira Dinamika kemudian dilepas Teddy Rahmat pada 2004 ke Bank Danamon, hingga kini kepemilikan mayoritas dipegang oleh Zurich Group asal Swiss. Bisnis Triputra sendiri kini merambah ke banyak industri seperti agribisnis, penjualan otomotif (lewat Daya Group), manufaktur, perdagangan, dan keuangan. Triputra Group sukses menempatkan Teddy Rahmat sebagai salah satu orang terkaya di Indonesia.

Sedangkan pasca Astra, Teddy Thohir membangun PT Trinugraha Thohir (TNT Group). Kerajaan bisnis ini mengembangkan diri dengan berekspansi ke bisnis media (PT. Mahaka Media), otomotif (PT. Wanaartha Harsaka), Properti (Taman Laguna, Cibubur Residence, Permata Kranggan, Taman Arcadia Mediterania, Permata Arcadia Cimanggis, dan Hotel Amaris Bogor), olahraga (Philadelphia 76ers, DC United), restoran (Hanamasa, Pronto Restaurant, dan Yakun Kaya Toast.).

About oomindra

Marketing, antusias terhadap sejarah, musik, dan beberapa hal lain
This entry was posted in Uncategorized and tagged . Bookmark the permalink.

Leave a comment